PENDEKAR PERISAI DIRI

Pendekar perisai diri.

LATIHAN SILAT

latihan bareng bersama teman-teman di ranting gubeng.

SIKAP MINANG

sikap minang adalah sikap asli dari daerah minang

SIKAP DALAM PERISAI DIRI

Sikap Burung Garuda dan Sikap Burung Meliwie.

SIKAP GARUDA

Sikap Perisai Diri.

SIKAP DALAM PERISAI DIRI 2

Sikap Pendeta dan Sikap Naga.

Rabu, 23 April 2014

MENERIMA PENDAFTARAN MURID BARU

 






KELUARGA SILAT NASIONAL INDONESIA
                PERISAI DIRI
            RANTING GUBENG
MEMBUKA PENDAFTARAN ANGGOTA BARU
  SEKRETARIAT        :Jl.Gubeng Kertajaya 5c/21 Surabaya
- 085 7331 69947   – 081 3311 77226
                - 083 830706016
 WAKTU LATIHAN  : Hari Sabtu pukul 18.00 – 20.00 WIB
TEMPAT LATIHAN :Balai Serba guna RW.02    Kel.Airlangga
Jl.Gubeng Airlangga 2/18 Surabaya 
SYARAT                     : - Sehat Jasmani dan Rohani
-  Usia Minimal 8 tahun
BIAYA                        : - Pendaftaran Rp. 30. 000,-
                                       - Iuran Tiap Bulan Rp. 30.000,-
WEBSITE                  :Perisaidirigubeng.blogspot.com

Bergabunglah bersama kami segera!!!




































Jumat, 14 Juni 2013

MENNEGPORA HARAPKAN PENCAK SILAT JADI PELAJARAN WAJIB

Mennegpora Harapkan Pencak Silat Jadi Pelajaran Wajib di Sekolah Bandung. Harapan tersebut disampaikan Adhyaksa saat membuka secara resmi kejuaraan internasional pencak silat Perguruan Perisai Diri di Gelanggang Olah Raga (GOR) C`tra Arena Bandung, Selasa. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora), Adhyaksa Dault, mengaharpkan pencak silat dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah seluruh Indonesia karena silat tidak hanya sebagai olahraga, tapi sudah menjadi bagian dari budaya bangsa.
Kejuaraan internasional Perisai Diri yang memperebutkan Piala Presiden RI itu diikuti sekitar 300 atlet yang tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri, yaitu Australia, Belanda, Jepang dan Timor Leste. "Pencak silat sudah menjadi bagian dari kehidupan budaya bangsa dan tidak hanya sekedar olahraga beladiri. Sudah saatnya silat masuk dalam kurikulum pejararan di sekolah-sekolah. Saya akan meminta kepada Diknas, agar silat bisa masuk kurikulum," katanya.
Kejuaraan yang berlangsung sampai 7 Juli itu mempertandingkan 21 nomor untuk kelompok aliran Perisai Diri dan 16 nomor untuk kelompok IPSI. Peserta dari dalam negeri berasal dari 20 daerah, yaitu Sumbar, Sumsel, Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Banten, DKI, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Kalteng, Kaltim, Gorontalo, Sulut, Sulteng, NTB, NTT, Maluku dan tuan rumah Jabar.
Sementara itu Ketua Umum Perguruan Nanang Soemindarto menyambut baik keinginan Adhyaksa tersebut karena program pemassalan olahraga pencak silat bisa dilakukan secara nasional dan lebih sistematis. "Yang menjadi fokus utama Perisai Diri adalah pembentukan watak yang berbudi luhur dan itu bisa ditanamkan kepada anak-anak usia dini melalui sekolah-sekolah," katanya.


Aliran Perisai Diri menurut Nanang untuk pertama kali dikembangkan di Belanda pada 1980 dan sejak itu menyebar ke negara lain seperti Australia, Inggris, AS, Swiss, Jepang, Timor Leste, Jerman dan Perancis dengan anggota aktif mencapai 2000 orang. "Anggota aktif Perisai Diri untuk seluruh Indonesia saat ini mencapai 100.000 orang," katanya. (*)

5 MACAM BELADIRI PALING BERPENGARUH DI DUNIA

Seni bela diri merupakan satu kesenian yang muncul sebagai cara bagi seseorang untuk mempertahankan diri. Perkembangan seni bela diri berawal dari medan perang. Kemudian,  berkembang secara perlahan-lahan seiring dengan berkurangnya penggunaan senjata. Ironisnya, seni pertahanan ini tidak dipelopori oleh tentara, melainkan orang awam.
Bisa dikatakan seni bela diri terdapat di mana-mana. Di belahan dunia manapun, pasti ditemukan seni bela diri. Di setiap negara pasti ada bela diri dengan ciri khas masing-masing. Berikut lima seni bela diri yang paling berpengaruh di dunia:
1. Muay Thai
Muay Thai atau yang lebih dikenal dengan nama Thai Boxing adalah beladiri asli yang berasal dari Thailand. Beladiri ini merupakan beladiri yang sangat mengandalkan pertempuran dengan tangan kosong dan fisik yang sangat kuat. Hampir mirip dengan Kick Boxing, hanya saja teknik yang digunakan lebih beragam. Pencipta dari beladiri ini sampai sekarang belum diketahui namanya. Adapun awal mula beladirinya yakni sekitar abad ke 19. Beladiri ini menggunakan semua anggota badan dan yang paling sentral yaitu otot siku dan tulang kering. Banyak orang mengatakan bahwa beladiri Muay Thai paling menakutkan dan sangat mematikan.
2. Krav Maga
Krav Maga merupakan seni beladiri asli yang berasal dari Israel. Krav Maga berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “pertempuran jarak dekat”. Tidak ada aturan baku dalam pertarungan Krav Maga. Baik pria maupun wanita menjalani metode latihan (drill) yang sama. Krav Maga tidak memiliki badan olahraga serta seragam resmi, walaupun beberapa organisasi mengenalkan sistem pangkat atau tingkatan berbeda dalam sistem kepelatihannya.
Meski tidak ada peraturan baku, Krav Maga pada pada dasarnya menekankan keselamatan diri penggunanya sambil berusaha melumpuhkan lawannya dengan cara apapun yang bisa dilakukan. Beberapa prinsip umum adalam Krav Maga adalah sebagai berikut:
  • Menetralkan penyerang secepat mungkin
  • Melakukan transisi dari teknik bertahan ke teknik menyerang secepat mungkin
  • Eksploitasi semua reflek alami dalam tubuh
  • Eksploitasi semua bagian tubuh yang mudah diserang (termasuk mata, tenggorokan, selangkangan, dan lain-lain)
  • Penggunaan semua benda yang ada sebagai bantuan
Selain latihan-latihan untuk pertarungan fisik, Krav Maga juga mengajarkan penggunanya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi sekitarnya sehingga bisa mengambil tindakan antsipasi sebelum penyerangan terjadi. Krav Maga juga mengajarkan metode agar penggunanya bisa menghindari situasi-situasi kekerasan yang membahayakan keselamatannya sebisa mungkin. Krav Maga sering digunakan oleh para pengawal dari petinggi Israel dan juga sebagian badan internasional contohnya, FBI, MOSSAT dan yang lainnya.
3. Wing Chun
Wing Chun merupakan penerapan dari salah satu kungfu yang berada di China. Sejarah Wing Chun lebih banyak diceritakan turun temurun dari guru ke murid, tidak ada catatan resmi mengenai siapa dan kapan diciptakan. Menurut versi Ip Man, Wing Chun diciptakan oleh Ng Mui pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (1661-1722), Dinasti Qing. Wing Chun adalah sebuah bentuk seni bela diri yang sangat unik, spesialisasi pada pertarungan jarak dekat, memakai pukulan cepat dan tendangan dengan pertahanan yang ketat serta ketangkasan gerak kaki untuk mempercepat gerak maju. Wing Chun yang efektif dapat dicapai dengan kordinasi antara serangan dan pertahanan yang serentak dan serangan balik. Dari hal tersebut Wing Chun menjadi suatu ilmu bela diri yang baik dalam hal pertahanan diri. Gaya Wing Chun meliputi tendangan, menangkis, serangan beruntun, tinju, menjebak dan mengontrol teknik sebagai bagian dari pertarungan itu sendiri. Banyak sekali tokoh yang mempopulerkan beladiri ini dan yang paling terkenal hingga sekarang yaitu Ip Man serta Bruce Lee. Sedangkan artis dari Indonesia yang juga mempelajari beladiri Wing Chun yang paling terkenal yaitu Deddy Corbuzier.
4. Taekwondo
Taekwondo merupakan olahraga beladiri asli dari Korea. Ini adalah beladiri yang paling sering dimainkan dalam acara olahraga besar contohya Olimpiade. Taekwondo berasal dari kata “Tae” yang berarti tendangan, “kwon” yang berarti tinju atau kepalan dan “do” yang berarti jalan atau seni. Beladiri Taekwondo memusatkan di hampir 70% berada di kaki dan 30% berada di tangan. Di dalam suatu pertandingan ciri khas yang paling sering digunakan yaitu tendangan berputar 45 derajat, tendangan samping dan tendangan mencangkul. Beladiri ini paling banyak digemari dan dipelajari oleh orang Indonesia. Taekwondo di Indonesia semakin populer sejak dipromosikan secara besar-besaran oleh Saseong Nim Daxon Joetandi (Dan VII Kukkiwon), seorang bankir profesional yang terkenal sebagai pemegang sabuk hitam termuda di Indonesia sejak berumur 7 tahun.
5. Pencak Silat
Pencak Silat merupakan beladiri asli dari Indonesia. Istilah silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia istilah yang digunakan adalah Pencak Silat. Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang di Indonesia. Nama “pencak” digunakan di Jawa, sedangkan “silat” digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Dalam perkembangannya kini istilah “pencak” lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan “silat” adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.
Pencak Silat pun juga sudah mulai dipertandingkan di berbagai ajang kompetisi besar contohnya Sea Games dan Olimpiade. Pencak Silat juga mempunyai banyak alirannya contohnya, Silat Harimau, Merpati Putih, Bakti Negara, Tapak Suci, Perisai Diri, Setia Hati dan masih banyak lagi yang berkembang. Beladiri ini pun tidak hanya berkembang di Indonesia saja tetapi hingga ke Mancanegara contohnya Belgia, Belanda, Amerika dan lain-lain. Dan puncaknya silat menjadi salah satu beladiri yang ditampilkan dalam film terbaru yaitu ‘The Raid’ yang juga sebelumnya sukses dalam film ‘Merantau’.(rei)

PERISAI DIRI DI TERIMA DUNIA

KALTIMTODAY -- Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak memberikan apresiasi yang tinggi kepada jajaran pengurus dan atlet pencak silat Perisai Diri yang akan mengikuti 7th Perisai Diri International Championship di Kaltim, pada 12-16 November 2012 yang dipusatkan di Kompleks Stadion Madya Sempaja Samarinda.

"Pencak silat dapat mengangkat dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, seperti yang pernah saya alami saat dipercaya memimpin kontingen Indonesia yang mengikuti Asian Martial Arts Games (AMAG). Tim kita mampu meraih empat emas waktu itu," sebut Awang Faroek, pada Welcome Dinner peserta 7th Perisai Diri International Championship, di Pendopo Lamin Etam, Ahad (11/11) malam lalu.

Perkembangan pencak silat yang sudah terdapat di sejumlah negara di dunia, menurut Awang, merupakan bukti olahraga tradisional asli Indonesia tersebut sudah diterima oleh masyarakat internasional. Dan itu merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.

"Untuk itu, kejuaraan internasional Perisai Diri kali ini diharapkan tidak hanya melahirkan juara dan prestasi tetapi juga dapat terus memperkenalkan dan menyebarkan pencak silat kepada masyarakat luas di Indonesia dan dunia internasional," harapnya.

Awang menambahkan Kaltim juga memiliki olahraga tradisional yang terus terjaga dan terpelihara dengan baik, seperti menyumpit dan begasing. Pemprov terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan olahraga tradisional itu dengan memasukkan agenda pada even rutin budaya dan olahraga yang digelar di Kaltim

Turut hadir pada acara ini, diantaranya, Ketua Umum Perisai Diri Pengurus Pusat Nanang Soemindarto, Ketua DPRD Kaltim H Mukmin Faisal, Yurnalis Ngayoh, Ketua Pengda Perisai Diri Kaltim Chandradewana dan Ketua IPSI Samarinda HM Faisal.

Turnamen ini diikuti peserta dari sejumlah negara di dunia, seperti Australia, Belanda, Jepang, Jerman, Thailand, Amerika, Brunei, Malaysia, termasuk tuan rumah Indonesia. (her/hmsprov).

Foto: OLAHRAGA TRADISIONAL. Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak menerima kedatangan atlet luar negeri yang turut berpartisipasi pada 7th Perisai Diri International Championship. (johan/humasprov kaltim).

Rabu, 24 April 2013

SEJARAH PERISAI DIRI


SEORANG mahasiswa  tiba-tiba saja terkejut ketika melihat sebuah buku bergambar orang dalam sikap beladiri di salah satu rak buku Toko Gunung Agung, tepat di sisi pojok  utara perempatan Tugu, di simpang empat Jalan Jendral Sudirman-Jalan Diponegoro - Jl AM Sangaji – dan Jalan Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta. Toko buku itu, pada tahun 1977 merupakan satu-satunya yang terbesar dan terlengkap di Kota Pelajar tersebut. Kini (tahun 2008) toko buku tersebut sudah tidak ada lagi.

Rasa ingin tahunya mendorong ia membuka halaman demi halaman buku itu. Di sana , di buku yang dipegangnya, terlihat dengan jelas aneka foto segala gerak beladiri dalam keterangan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. Foto-fotonya pun terpampang lugas sehingga dengan sekali melihat, si pembaca akan tahu apa yang dimaksud dan dimaui dengan gerak tersebut.

Itulah gerakan-gerakan beladiri silat. Buku itu seolah mengungkap tuntas sebuah jurus ilmu silat yang oleh banyak perguruan saat itu dianggap amat sangat rahasia dan tabu untuk diperlihatkan orang lain selain murid-muridnya.

Tetapi, di toko itu, pada tahun 1977; bukan hanya satu jurus yang dideretkan di rak tersebut. Ada beberapa buku lain yang  berjudul  seperti Burung  Kuntul, Burung Garuda, dan Harimau. Siapa gerangan pendekar yang berani melanggar tradisi tabu perguruan silat itu?

Dialah Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo – yang kemudian dikenal dengan sapaan Pak Dirdjo atau Pak Dhe -- salah seorang keturunan bangsawan dari Keraton Pakualaman Yogyakarta, putra dari Raden Mas Paku Soerdirdjo.

Pak Dirdjo-lah pendekar yang menobrak tradisi tabu itu. Beliau sengaja menuliskan ilmu silat yang diramunya itu dan kemudian dinamakan aliran silat Perisai Diri. Di dalam buku itu, lengkap dengan foto-foto tentang gerakan teknik silat dan dijual kepada umum pada tahun 1976. Tujuannya hanya satu: berusaha memperkenalkan beladiri silat seluas-luasnya.

Beliau melakukan itu untuk membuktikan bahwa ilmu silat adalah warisan budaya Bangsa Indonesia yang mampu bersaing dengan ilmu beladiri asing lainnya yang berasal dari Jepang, Korea, maupun Cina yang kala itu berkembang pesat di Indonesia. Silat harus dikembangkan dan dicintai oleh Bangsa Indonesia . Jangan sampai silat tidak berkembang karena terkungkung tradisi tabu dan ketradisionalannya.

Upaya Pak Dirdjo itu membuahkan hasil. Silat Perisai Diri akhirnya bukan hanya berkembang di kampung-kampung, namun telah merambah ke kampus-kampus perguruan tinggi, dan sekolah-sekolah. Silat Perisai Diri telah mampu mengubah pandangan masyarakat dari silat yang dianggap “kampungan” menjadi silat “kampusan”.

Perisai Diri tercatat sebagai perguruan silat yang menggelar kejuaraan antar perguruan tinggi di Indonesia sejak  tahun 1975. Setelah itu secara rutin Perisai Diri menggelar kejuaraan nasional antar-perguruan tinggi. Dan hingga tahun 2004 lalu, Perisai Diri telah melaksanakan kejuaraan nasional silat Perisai Diri untuk yang ke-23 kalinya!

Merantau


Pak Dirdjo yang lahir pada 8 Januari 1913 ini sudah terlihat bakat yang menonjol dalam kemahirannya menguasai beladiri silat pada usia kanak-kanak. Pada umur 9 tahun, misalnya, ia telah mampu menguasai ilmu silat yang diajarkan di lingkungan Paku Alaman bahkan mampu pula  melatih silat rekan-rekan sepermainannya.

Tampaknya Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil Soebandiman atau Bandiman oleh rekan-rekannya, tidak puas dengan ilmu silat yang ditelah didapatkannya di lingkungan tembok istana Paku Alaman itu. Setelah menamatkan HIK (Hollands Inlandsche Kweekchool -- sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama jurusan guru pada masa itu) di Yogyakarta,  Pak Dirdjo yang berusia 16 tahun mulai merantau untuk memperluas pengalaman hidupnya.

Pak Dirdjo melangkahkan kakinya ke arah Timur. Ia menuju Jombang di Jawa Timur. Di sana ia berguru kepada Bapak Hasan Basri dalam ilmu silat, dan belajar ilmu keagamaan dan ilmu lainnya di Pondok Tebu Ireng. Untuk membiayai keperluan hidupnya, ia bekerja di Pabrik Gula Peterongan.

Setelah merasa cukup berguru di Jombang , ia melangkahkan kakinya menuju ke Barat ke kota Solo di Jawa Tengah. Di kota ini ia berguru kepada Bapak Sayid Sahab dalam bidang ilmu silat. Di samping itu ia juga melengkapi ilmunya dengan berguru kepada kakeknya sendiri Ki Jogosurasmo.

Pemuda Soebandiman ini belum puas mereguk ilmu. Ia kembali berguru ke Bapak Soegito yang beraliran silat Setia Saudara (SS). Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan pemuda ini masih belum merasa puas dengan apa yang telah ia miliki. Soebandiman alias Pak Dirjo muda ini meneruskan berguru ke Pondok Randu Gunting di Semarang, ia masih melengkapi ilmu silatnya ke Kuningan di daerah Cirebon , Jawa Barat. Semua ilmu yang didapatnya itu diolah dan melebur dalam dirinya.

Setelah merasa cukup, pemuda yang telah dewasa ini menetap di Banyumas dan mendirikan perguruan silat Eka Kalbu (Eka yang berarti satu hati). Dalam pergaulannya di kalangan ahli beladiri di Banyumas, pemuda ini bertemu dengan seorang suhu bangsa Tionghoa, Yap Kie San,  yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie.

Sekali lagi, pemuda yang haus ilmu itu berteman dan berguru kepada Yap Kie San. Selama 14 tahun pemuda ini berguru kepada Yap Kie San. Ada enam saudara perguruannya yang bertahan lama diasuh oleh Suhu Yap Kie San. Empat adalah bangsa Tionghoa, dan dua lainnya dari Jawa yaitu Pak Broto Sutarjo, dan  Pak Dirdjo.

Dalam masa perguruannya itu, Suhu Yap Kie San menilai Pak Dirdjo sebagai pemuda yang berbakat. Suhu Yap Kie San menghadiahi Pak Dirdjo sepasang pedang sebagai symbol kecintaan guru kepada murid terkasihnya.

Bak kata pepatah, sejauh-jauhnya burung terbang nanti akan kembali ke sarangnya juga; demikian pula Pak Dirdjo. Beliau akhirnya kembali ke Yogyakarta . Di Kota Budaya ini Pak Dirdjo diminta mengajar ilmu silat di Taman Siswa, sebuah sekolah yang didirikan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantoro yang juga pamannya.

Pak Dirdjo tidak begitu lama mengajar silat di Taman Siswa, sebab ia harus bekerja di Pabrik Gula Plered di kawasan Yogyakarta juga. Di pabrik gula ini ia menduduki jabatan Magazie Meester.

Lalu pada tahun 1947-1948, berkat pertolongan dari Bapak Djumali yang bekerja di Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi pegawai negeri di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Seksi Pencak Silat. Dengan misi mengembangkan silat itu, Pak Dirdjo kemudian mengajar Himpunan Siswa Budaya (sebuah unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada). Jelas saja para muridnya adalah para mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya.

Beberapa murid Pak Dirdjo kala itu seperti Mas Dalmono (Ir Dalmono – kabar terakhir ia belajar dan kemudian bekerja di Rusia), Mas Suyono Hadi (Prof DR Suyono Hadi – telah meninggal dunia dan bekerja sebagai dokter dan dosen Universitas Padjadjaran Bandung), serta Mas Bambang Moediono alias Mas Whook.

Ketika tahun 1953 Pak Dirdjo mulai pindah ke Surabaya berkaitan dengan tugasnya sebagai pegawai negeri di Kantor Kebudayaan Jawa Timur Urusan Pencak Silat, maka murid-muridnya di Yogyakarta yang berlatih di UGM maupun di luar UGM bergabung menjadi satu dalam wadah bernama Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia (HPPSI) dengan diketuai oleh Mas Dalmono.

Sementara itu di Surabaya,  Pak Dirdjo kembali mengembangkan ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Baru pada tanggal 2 Juli 1955, Pak Dirdjo dibantu Pak Imam Ramelan secara resmi menamakan silat yang diajarkan dengan nama Perisai Diri. Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka  sebagai Silat Perisai Diri.

Di sisi lain, perguruan Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo secara alami murid-muridnya masih berhubungan dengan Pak Dirdjo. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo, dan Yogyakarta . Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.

Para murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini (tahun 2008) masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bias dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.

Berbahasa Indonesia

Segala teknik silat Perisai Diri ditulis dalan bahasa Indonesia yang baku . Hal itulah yang menjadikan Perisai Diri lebih mudah diterima oleh kalangan terdidik seperti mahasiswa. Penulisan teknik dalam bahasa Indonesia baku sebenarnya harus diakui sebagai langkah maju tersendiri dibandingkan perguruan lain yang masih berkutat dengan bahasa daerah asal perguruan itu berkembang.

Bahkan dengan nasionalismenya itu, Perisai Diri akhirnya bisa diterima di semua kalangan beragam suku, agama, maupun strata sosial. Dapat dipelajari oleh seluruh penduduk Indonesia yang tinggal di 17.000 pulau.

Motto Perisai Diri  “Pandai Bersilat Tanpa Cedera” yang juga bermakna pandai beladiri tanpa cedera, makin membuat beladiri ciptaan Pak Dirdjo bisa dipahami dengan logika. Pecinta beladiri akan mengerti bahwa seorang ahli beladiri memang sulit untuk dicederai lawan. Bisa juga berarti dalam berlatih pun ia tidak akan cedera karena kesalahan sendiri.

Unsur kecepatan dalam beladiri menjadi pegangan Pak Dirdjo. Ia mewajibkan para muridnya mampu melakukan gerakan silat minimal dua gerak dalam satu detik. Gerakan itu bisa berupa serangan, hindaran, tolakan, tebangan, ataupun paduan unsur-unsur itu. Jadilah Perisai Diri menciptakan gaya silat SATU DETIK DUA GERAK.

Istilah satu detik dua gerak itu semula dianggap sepele oleh banyak pendekar maupun pecinta silat. Akan tetapi semakin mereka banyak menyaksikan  pertandingan silat yang mulai digelar sejak 1970-an, para pendekar silat  maupun pecandu beladiri lain semakin memahami misteri kata  “satu detik dua gerak” tersebut. Hanya seorang ahli beladiri nan piawai saja yang mampu bergerak secepat  itu.

Sementara diakui atau tidak, nama-nama teknik silat Perisai Diri kini sudah diadopsi di kancah persilatan. Istilah tendangan Sabit, kemudian tendangan T (baca TE), bahkan sapuan;  misalnya,  sudah menjadi bukti bahwa keinginan Pak Dirdjo terwujud. Istilah itu dipakai di dunia persilatan. Bila kemudian ada beberapa perguruan baru muncul dengan menggunakan teknik Perisai Diri, itupun tidak pernah dipermasalahkan. Mungkin, para murid Pak Dirdjo pun --  tanpa setahu mereka --, kini memiliki lebih banyak saudara perguruan karena menyerap ilmu yang sama dengan nama perguruan yang berbeda.

Ada 19 macam teknik tangan kosong yang disebut teknik asli di Perisai Diri seperti Jawa Timuran, Minangkabau, Betawen, Cimande, Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Kuda Kuningan, Lingsang, Harimau, Naga, Satria Hutan, Satria, Pendeta, Putri Bersedia, Putri Sembahyang, Putri Berhias, dan Putri Teratai.

Bukan melulu teknik tangan kosong, para murid pun diajari berbagai senjata mulai dari pisau, pedang, toya, senjata lempar, sampai dengan pengembangan dari senjata-senjata itu seperti rantai, cambuk, tombak, dan lain-lainnya.

Pak Dirdjo selalu berpesan kepada murid-muridnya agar menguasai ilmu silat haruslah dengan cara mendaki dan memanjat, bukan dengan melompat. Untuk memahami ilmu silat memang memerlukan kerajinan, ketekunan, kesungguhan, dan disiplin.

Pak Dirdjo wafat usia 70 tahun,  ditunggui para muridnya di Surabaya pada 9 Mei 1983. Pada tahun 1986, beliau mendapat gelar Pendekar Purna Utama dari Pemerintah Republik Indonesia .

Niat Pak Dirdjo untuk mengembangkan silat akhirnya tercapai juga. Meskipun ia belum bisa menikmati kejayaan murid-muridnya di arena beladiri silat, namun secara pasti teknik Perisai Diri ciptaannya telah merajai di beberapa pertandingan silat secara internasional.

Nama-nama seperti Joko Widodo, Herina (asal Yogyakarta), Tony Widya (Jakarta),  Tri Wahyuni (Malang), Wadiah (Mataram), Suryanto, Samiaji (Bandung), A Triya (Surabaya),  mampu malang melintang di kejuaraan internasional pencak silat sejak kejuaraan internasional itu digelar tahun 1987 hingga 1995.

Keharuman nama Perisai Diri masih dilanggengkan oleh pesilat  Made Arya Damayanti, Ayu Ariati, Ni Nyoman Suparniti, dan I Nyoman Yamadhiputra ( Bali ) pada periode 1995 - 2005. Arena nasional hingga dunia mereka jelajahi dengan teknik Perisai Diri dengan memperoleh medali emas.

Pendekar pendobrak tradisi tabu itu pula yang akhirnya mampu meyakinkan orang-orang Eropa seperti Belanda (1970), Jerman (1983), Inggris, Swiss (1999), Hongaria,  Australia (1979), Amerika Serikat (2000), Thailand (1995), Filipina (1995),  bahkan Jepang (1996)  untuk mempelajari Silat Perisai Diri. Silat mudah diterima, bisa dilogika. Silat sudah mendunia.

Lagi-lagi, di luar Indonesia, murid-murid Pak Dirdjo di Eropa, Amerika, dan Australia mampu menunjukkan bahwa beladiri khas Indonesia itu mampu mengibarkan benderanya di pertarungan antar-aliran beladiri di sana.

Tidak mengherankan jika penulis aliran beladiri seperti Donn F Draeger menulis silat Perisai Diri dalam bukunya The Weapons and Fighting Arts of Indonesia pada tahun 1972. Akan tetapi ia belum puas. Jika dalam buku pertamanya ia menulis  beberapa gaya perguruan pencak silat di Indonesia; maka ia kembali mengupas lebih dalam untuk silat Perisai Diri pada buku keduanya yang berjudul: Javanese Silat: The Fighting Art of Perisai Diri pada tahun 1978.

Penjelasan secara detil disertai bukti praktik dalam bersilat yang ditunjukkan Pak Dirdjo yang membuat Draeger bertekuk-lutut mengakui bahwa Perisai Diri memang layak mendapat tempat khusus. Foto-foto Pak Dirdjo dalam bersilat ditemani para muridnya di Surabaya memenuhi halaman buku keduanya tersebut.

Tidak berlebihan jika saat ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa, jumlah muridnya yang tersebar di Indonesia dan beberapa negara telah mencapai 50.000 lebih sehingga menempatkan Perisai Diri sebagai salah satu perguruan besar di antara 800 perguruan silat di Indonesia. (***)